Karangmoncol, 21 November 2025 — SMP Negeri 1 Karangmoncol menyelenggarakan kegiatan sosialisasi anti-bullying di lapangan upacara pada Jumat pagi. Kegiatan ini menghadirkan narasumber dari Polres Purbalingga, yaitu Aiptu Hesti Nugrahaeni, S.H, Aiptu Sumiah Asiana, S.H, Briptu Dicky Candra, dan Bripda Farud. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya sekolah untuk meningkatkan pemahaman siswa mengenai bahaya perundungan dan konsekuensi hukumnya.

Dalam pemaparan yang disampaikan, para petugas Polres menjelaskan kondisi permasalahan bullying di wilayah Purbalingga yang masih sering terjadi di lingkungan pendidikan. Kasus perundungan dapat dijerat oleh beberapa aturan hukum, antara lain UU Perlindungan Anak, UU ITE, serta pasal-pasal terkait penganiayaan dalam KUHP. Siswa diingatkan bahwa tindakan perundungan, baik verbal, fisik, maupun digital, dapat berujung pada sanksi sekolah hingga proses hukum.

Sementara itu, Aiptu Hesti Nugrahaeni, S.H memaparkan tiga jenis utama perundungan yang kerap terjadi di kalangan pelajar, yaitu: Bullying verbal, seperti ejekan dan hinaan; Bullying fisik, seperti mendorong atau memukul; Bullying melalui media sosial, seperti menyebarkan konten merendahkan atau ancaman online.
Beliau menegaskan bahwa semua bentuk perundungan memiliki dampak jangka panjang terhadap kondisi psikologis korban.

Dalam sesi penyampaian pesan siswa, Felda Nabila Ulhaq dan Bagus menyampaikan pentingnya menjaga perilaku yang baik, membangun karakter positif, serta menjauhi segala bentuk tindakan yang dapat merugikan orang lain. Mereka menekankan bahwa prestasi dan perilaku positif akan menjadi kebanggaan bagi orang tua dan sekolah.

Sebagai penguatan, Heni Delila Ilfi, S.Pd selaku guru Bimbingan Konseling menegaskan bahwa bullying bukanlah hal sepele. Perundungan dapat menyebabkan korban mengalami tekanan mental, depresi, hingga risiko fatal seperti bunuh diri. Ia mengajak seluruh siswa untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan penuh empati.

Kegiatan sosialisasi ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran siswa serta memperkuat komitmen bersama untuk mewujudkan budaya sekolah yang bebas dari perundungan.